Selasa, 30 Oktober 2012

ⓓⓔⓦⓐ ⓟⓔⓡⓢⓔⓜⓑⓐⓗⓐⓝ ⓓⓐⓡⓘ ⓢⓤⓡⓖⓐ ⓒⓗⓞⓡⓓⓢ

 

Intro : C# G#m (4x)

Am7 B Am7 B
Hai Jibril, perkenankan aku
Am7 B Am7 B
Melintasi dimensi waktumu
F#m G#7 F#m G#7
‘Tuk meraih dirimu… dirimu

Reff :

C# G#m D#m
Kaulah persembahan dari surga
F#m C#m G#m C#m
Berilah aku setitik kuasanya
G#m D#m
‘Tuk meraih kemenangan
F#m C#m
Bagi yang berhak
G#m C#m
Yang selalu dilindas – lindas
F#m
Tirani yang membawa nama-Nya

Intro : C# G#m


Am7 B Am7 B
Bahwasanya mereka berkuasa
Am7 B Am7 B
Diatas tangis & sebuah kekalahan
F#m G#7 F#m G#7
Tapi Dia yang maha berkuasa

Back To : Reff

Back To : Reff

Pentingnya Benteng Sebagai Warisan Sejarah Budaya

Suatu negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam, berbagai produk agrikultur iklim tropis dan tanah yang sangat subur, telah dikenal dan banyak menarik minat berbagai bangsa-bangasa di seluruh belahan dunia. Pada sekitar awal abad ke16, begitu banyak bangsa-bangsa asing datang ke Indonesia dan mengeksplorasi kekayaan alam kita. Rempah-rempah, kayu dan barang tambang adalah salah satu dari berbagai komoditi yang menarik pada masa itu. Untuk sejumlah alasan beberapa bangsa asing tersebut berupaya untuk mempertahankan kedudukannya dan memonopoli usaha dagang di Indonesia . Portugis, Belanda dan Inggris sebagai negara-negara yang pernah singgah ke Indonesia , membangun kubu-kubu pertahanan atau benteng dalam upaya mempertahankan keamanan mereka dalam berdagang. Benteng-benteng saat ini memiliki nilai yang tinggi karena merupakan Warisan Sejarah dan Budaya milik bersama dari beberapa negara yang telah disebutkan di atas dan bahkan juga termasuk Indonesia . Beberapa benteng di Indonesia dalam kondisi yang terpelihara dan dimanfaatkan dengan cukup baik, tapi lebih banyak jumlah benteng yang terbengkalai dan dalam kondisi memprihatinkan. Terdapat lebih dari 275 benteng pertahanan yang tersebar di seluruh Indonesia, baik di pulau-pulau besar hingga di kepualuan terkecil menjadi saksi perjalanan sejarah yang luar biasa, memiliki kondisi fisik yang beraneka ragam. Sebagai contoh benteng besar yang dahulu dikenal sebagai Kastil Batavia di Jakarta, telah dihancurkan pada awal abad ke19, namun seperti Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Benteng Rotterdam di kota Makassar di Sulawesi Tenggara dan Benteng Malborough di Bengkulu masih dalam kondisi yang sangat baik, memiliki fungsi baru, berdiri kokoh dan menjadi landmark kota yang sangat penting. Mengingat fungsinya sebagai bangunan pertahanan sekaligus untuk kegiatan perdagangan, maka benteng harus memperhatikan elemen-elemen dalam seni arsitektur militer. Selain itu penting untuk membuat rencana ruang-ruang untuk para pedagang, kantor, gudang untuk persediaan barang, gereja (tempat ibadah), rumah sakit dan tentu saja barak-barak bagi tentara, gudang amunisi, membuat benteng menjadi sebuah bangunan yang merupakan sebuah kompleks atau kota kecil dengan berbagai fasilitis untuk komunitas di dalamnya. Bahkan dapat dikatakan sebuah pemukiman dari peradaban barat dalam sebuah lingkungan dengan iklim tropis timur. Penentuan untuk lokasi pemukiman dalam skala kecil dan padat ini dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dan fungsi strategis dari benteng itu sendiri, sehingga pada umumnya benteng berlokasi di daerah pesisir dekat pelabuhan atau di sepanjang tepian sungai.  


Wartakotalive.com, Kamis, 24 Maret 2011 – KEBERADAAN bangunan bersejarah di RW 05 Kelurahan Terate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, ternyata luput dari pendataan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kepala Suku Dinas Pariwisata Jakarta Timur, Kris Irawan, kepada wartawan, Rabu (23/3), mengaku baru tahu soal bangunan yang disebut ‘benteng sembilan’ itu. Meski begitu, Kris akan berkoordinasi dengan dinas kebudayaan untuk menyelamatkan bangunan peninggalan Belanda yang berjumlah sembilan benteng itu.
“Saya baru tahu ada bangunan bersejarah ini di Rawaterate. Ini sebenarnya bagus sekali untuk pengembangan pariwisata di Jakarta Timur,” kata Kris.

Menurut Kris, bangunan tua peninggalan masa lalu itu, idealnya mesti diselamatkan. Karenanya ia berharap pihak terkait untuk berupaya melestarikan bangunan peninggalan itu. “Saya akan coba cari tahu, apakah benar bangunan benteng itu akan digusur? Idealnya bangunan seperti ini mesti diselamatkan. Tapi ini terkait dengan kepemilikan lahan bangunan itu,” kata Kris.

Kabar benteng sembilan terancam digusur itu disampaikan oleh sejumlah warga RW 05 Kelurahan Rawaterate. Menurut warga, bangunan itu akan digusur oleh pihak swasta. “Informasinya sih mau digusur dan lahannya dipakai buat pool peti kemas,” ujar salah seorang warga.
Informasi yang dihimpun Warta Kota, lahan bangunan lama itu berdiri adalah milik oleh sebuah perusahaan swasta.
Pantauan Warta Kota, Rabu (23/03) menunjukkan, kesembilan bangunan dalam satu kompleks benteng itu berada di lahan penuh rawa dan pepohonan liar. Keberadaan bangunan peninggalan bersejarah ini tampak tak terawat dan berada di lahan kosong di belakang sejumlah pabrik.
Sekretaris Kecamatan Cakung, Tri Saptanti, juga mengaku belum tahu mengenai keberadaan bangunan bersejarah itu dan akan melakukan pencekan terlebih dahulu kepemilikan lahannya, termasuk kabar penggusuran bangunan itu. “Saya belum dengar. Nanti ya. Saya akan coba cek dulu, mas,” kata Tanti saat dihubungi, Rabu (23/03) sore.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Candrian Attahiyyat, mengatakan, pihaknya pernah meneliti ‘benteng sembilan’ pada tahun 1993 sampai 1994. Saat itu, menurut Candrian, lahan dimana bangunan itu berdiri adalah milik TNI. “Tapi sekarang siapa yang memiliki lahan itu saat ini, saya kurang tahu,” ujarnya seraya menambahkan, idealnya bangunan tua peninggalan Belanda itu tetap tidak boleh digusur.
Gudang Amunisi
Bangunan ‘benteng sembilan’ ternyata dulunya bukanlah sebuah benteng atau bangunan pertahanan untuk perang.

Sembilan bangunan ini adalah gudang amunisi (Ammonitie Opslagplaaps) yang memang dibentengi oleh satu bangunan berupa tembok yang mengelilinginya dan parit selebar 10 meter yang juga mengelilingi untuk menghindari sabotase atau untuk keamanan.
Candrian Attahiyyat mengatakan, bangunan ini dibangun oleh pihak Belanda pada tahun 1947. Candrian mengatakan saat itu Belanda mengira perang masih berlanjut. “Dari surat pengesahan untuk pembangunannya tertulis tertanggal 24 Januari 1947,”.

Gug%27e%20Kiddrock

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Congratulations prosperous, to the brothers and sisters. First - of all, I would like to thank the people who have brought honor to give a welcome speech on this auspicious occasion.